Bisnis.com, MEDAN - Jajaran Dinas Kehutanan Pemprov Sumatra Utara tuntas menelusuri sumber potongan-potongan kayu yang hanyut saat banjir dahsyat melanda sejumlah kecamatan di Kabupaten Mandailing Natal, Sumatra Utara, beberapa waktu lalu.
Menurut Kepala Dinas Kehutanan Pemprov Sumatra Utara Herianto, potongan kayu-kayu itu bukan berasal dari praktik illegal logging.
Melainkan sisa-sisa praktik pertambangan emas ilegal yang marak terjadi di sepanjang aliran Sungai Batang Natal, Kecamatan Natal.
"Hasil peninjauan kami, banjir itu tidak disebabkan oleh illegal logging. Karena kami menelusuri di sumber-sumbernya itu tidak ada kayu log. Yang ada itu hanya batang-batang pohon bekas pembongkaran oleh alat berat yang dikerjakan para penambang liar," kata Herianto Bisnis, Kamis (30/12/2021).
Herianto pun tak menampik masih banyak penambang emas liar yang beroperasi di aliran maupun tepi Sungai Batang Natal.
"Masih. Banyak kali pun," kata Herianto.
Sementara itu, warga setempat mengeluhkan tambang emas ilegal, khususnya di aliran Sungai Batang Natal, karena memberi dampak buruk bagi lingkungan di kawasan hilir.
Menurut Ikhwan AB, warga Desa Pasar III Natal, Kecamatan Natal, aktivitas tambang menyebabkan aliran sungai keruh dan tercemar. Tak cuma itu, tambang juga memperparah bencana alam banjir dan longsor.
Menurutnya, aktivitas ilegal itu sudah berlangsung sejak lama. Namun tak bisa dihentikan pemerintah.
Ikhwan pun menagih janji Gubernur Sumatra Utara Edy Rahmayadi untuk menertibkan tambang-tambang tersebut.
"Problem tambang ini sebenarnya sudah sangat lama. Gubernur Sumatra Utara juga sudah pernah berjanji untuk segera menertibkannya. Jadi sampai saat ini masyarakat, khususnya di Pantai Barat, sangat menunggu realisasi janji itu," kata Ikhwan kepada Bisnis.
Sebelumnya, bencana alam banjir dan longsor melanda 16 kecamatan di Kabupaten Mandailing Natal, Sumatra Utara. Setidaknya 16.446 jiwa sempat mengungsi dan ribuan unit rumah serta fasilitas umum terendam. Banjir terparah melanda Kecamatan Natal dan Kecamatan Muara Batang Gadis.
Saat bencana alam terjadi, Gubernur Sumatra Utara Edy Rahmayadi meninjau lokasi via udara. Edy melihat langsung aktivitas tambang emas ilegal marak beroperasi di aliran Sungai Batang Natal. Bahkan, Edy juga melihat bongkahan-bongkahan kayu hanyut.
"Di Mandailing Natal itu banjir lima tahunan. Memang ada kegiatan ilegal, baik itu tambang ilegal, tambang galian C yang juga ilegal dan juga ditemukan potongan-potongan kayu. Itu yang sedang kami pelajari," kata Edy di rumah dinasnya, Senin (20/12/2021).
Untuk mengetahui sumber kayu-kayu itu, Edy mengutus jajaran di dinas kehutanan ke lokasi. Edy pun kembali berjanji akan menindak oknum yang selama ini melakukan tindakan-tindakan ilegal sehingga memperparah bencana alam.
"Saya belum bisa memastikan, nanti akan kita lihat. Nanti kita sampaikan pada masyarakat dan kita tindak orang-orang yang melakukan tindakan-tindakan ilegal," kata dia.
Edy mengatakan, sudah ada rencana memfasilitasi warga yang selama ini berkerja sebagai penambang emas ilegal untuk beralih ke profesi lain seperti pertanian ataupun peternakan. Akan tetapi, upaya itu terhambat akibat pandemi Covid-19 merebak.
"Kalau yang ilegal khusus emas, ini yang sedang dalam proses karena kemarin terhambat dengan Covid-19, sehingga kami undur. Nanti akan kami ubah alih fungsi rakyat dalam pelaksanaan melakukan galian emas. Nanti akan kami alihkan. Yang pertanian, ya pertanian. Yang perkebunan, ya perkebunan," kata Edy.
Potongan Kayu Hanyut saat Banjir Mandailing Natal Berasal dari Praktik Tambang Emas Liar - bisnis.com
Read More
No comments:
Post a Comment