Rechercher dans ce blog

Thursday, June 8, 2023

Kapster Legendaris Ungkap Serba-serbi Potongan Rambut Wanita - detikcom

Bandung -

Kalau detikers sudah langganan potong rambut di Memory Salon jalan Karawitan Nomor 19, Turangga, Kota Bandung, pasti tak akan asing dengan Pak Yayat.

Kapster laki-laki yang satu ini bisa dibilang kapster legend di Memory. Usianya sudah menginjak 60 tahun, tapi kondisi badannya masih prima dan tetap setia menjadi kapster meski sudah 30 tahun berkarier.

Ribuan ragam jenis rambut, bentuk wajah, warna rambut, sudah bukan hal baru untuknya. Saking jago dan luwesnya jari-jari Pak Yayat dalam mengeksekusi 'mahkota' para pelanggan, Pak Yayat punya banyak klien langganan yang sudah puluhan tahun bahkan hingga ke anak cucunya.

Padahal, Pak Yayat mengaku profesinya bukan hal mudah. Ia harus punya 1001 cara untuk membuat klien senang.

"Jujur aja resiko ya jual jasa, jadi kalo nanganin 10 orang berarti ada 10 karakter. Jadi kita harus bijak dan siapi, bahasa sundanya nanggeuy lah. Alhamdulillah ada yang sudah 30 tahun langganan, sampe ke anak cucunya. Bahkan ada yang dari Bekasi, Bogor, Jakarta, luar Jawa pun seperti di Bali juga ada. Alhamdulilah dateng ke sini masih pada langganan," ceritanya dengan antusias.

Ditemui detikJabar di Memory Salon Sabtu (3/6/2023), Pak Yayat pun membagikan sedikit pandangannya soal serba-serbi potongan rambut wanita.

Pak Yayat melihat baru-baru ini potongan rambut seperti layer dan wolf cut memang sedang tren. Tapi sebetulnya potongan rambut wanita memang hanya di situ-situ saja, tinggal menyesuaikan dengan selera dan bentuk wajah klien.

"Sebetulnya kalau menurut saya model rambut itu-itu saja. Berawal dari potongan rambut segi (shaggy), dulu sangat populer dan sekarang masih eksis hanya beda di pengetrapan aja. Ketinggian pengetrapan kan ada banyak derajat. Maka muncul istilah sekarang wolf cut, kemudian beralih ke layer, itu kan basicnya segi," kata dia.

Shag, shaggy, atau segi adalah potongan bertingkat. Rambut sengaja dipotong berbentuk layering dalam panjang yang berbeda.

Pak Yayat bisa dibilang seorang kapster yang mempelopori potongan rambut segi. Ia pun menceritakan bagaimana tren potongan rambut segi bisa mulai digandrungi.

"Dulu di tahun 90-an HP masih sangat jarang, belum musim. Bos saya dapet undangan ke Eropa, dapet oleh-oleh modelet, kalau sekarang sudah nggak perlu karena orang cukup tunjukkan model yang dimau dari HP," kenangnya mengawali cerita.

"Dulu kan Memory banyak cabang ada 10-11, sebelum ini saya pegang yang di Palasari. Bos ngasih modelet, saya buka dan pelajari. Ada satu potongan yang saya berkeyakinan ini bakal tren, saya tawarin ke tamu dan salon pada nggak mau karena dulu masih dominan model paraposey. Di TV pun belum muncul model itu," lanjutnya.

Hingga akhirnya, salah satu pelanggan memberanikan diri mencoba rekomendasi potongan segi ala Pak Yayat. Rupanya potongan tersebut berhasil dan tiba-tiba banyak yang minta potongan serupa.

"Sampai akhirnya ada yang mau, setelah itu nggak tahu gimana akhirnya berdatangan minta potongan rambut segi. Mungkin saya mulai dikenal dari potongan segi itu, karena sampai saya melayani rombongan minta model yang sama. Ternyata sampai saat ini segi masih eksis," ucap dia.

"Paling sekarang itu divariasi dengan potongan poni, pelanggan minta lebih ke poni panjang, belah dua. Terus ada juga bob, itu potongan abadi. nggak pandang usia, tinggal ngepasin aja dengan bentuk wajah," tambahnya.

Tapi, meskipun banyak potongan rambut yang sedang eksis, kita harus pintar-pintar menyesuaikan dengan bentuk wajah. Kata Pak Yayat, setiap bentuk wajah punya potongan rambut yang sebaiknya dihindari.

"Kalau wajahnya bulat, potongan rambut jangan terlalu pendek. Paling di bawah dagu. Kecuali kalau face nya kecil itu bisa dipotong macem-macem. Bentuk muka orang Indonesia sih paling banyak lonjong ya, justru ini semua jenis model justru masuk, dibanding bulat dan kotak justru harus hati-hati," ucapnya.

Nah selain itu, Pak Yayat juga menjelaskan soal pewarnaan atau cat rambut. Kadang, kita hanya melihat yang sedang tren. Tapi Pak Yayat memberi pemahaman bahwa kita harus mempertimbangkan dengan warna kulit kita.

"Sekarang lebih banyak orang request warna terang cenderung ke blonde. Nah orang Indonesia kan mayoritas sawo matang, kalau saya lihat sebetulnya dikasih warna itu malah nggak seger. Tapi selera orang beda-beda dan kadang orang itu kalau udah demam, jadi memaksakan, ya apa boleh buat. Tapi pastinya awalnya kita kasih pemahaman dulu, bagaimana yang pas, apa yang membuat warna yang diinginkan itu tidak pas di wajahnya gitu," kata dia.

Terakhir, Pak Yayat menyebut sebetulnya warna asli rambut orang Indonesia sudah yang paling pas dan tetap jadi warna rambut dengan tren abadi. Tapi kalau bosan, masih ada opsi warna lain yang bisa jadi pilihan.

"Warna yang sejak dulu sampai sekarang eksis itu ya black. Lebih banyak peminat warna asli rambut saja, bukan hanya orang yang beruban lagi. Kemudian ada golden brown itu juga sudah lama eksis," ucapnya.

(aau/yum)

Adblock test (Why?)


Kapster Legendaris Ungkap Serba-serbi Potongan Rambut Wanita - detikcom
Read More

No comments:

Post a Comment

Mau Dapat Potongan Tarif Pajak Hiburan? Ini Caranya - Liputan6.com

Sebelumnya, Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Badung, Ray Suryawijaya, menegaskan bahwa PHRI di Bali menolak dengan teg...