Rechercher dans ce blog

Saturday, November 13, 2021

Potongan Kain di Permukiman Zaman Batu Turki Ungkap Sejarah Pembuatan Pakaian - Kompas.com - KOMPAS.com

KOMPAS.com - Potongan kain yang ditemukan di situs permukiman Zaman Batu di Turki mengungkapkan sejarah pembuatan pakaian yang dikenakan oleh orang-orang di masa itu.

Kendati kota-kota Zaman Batu terdengar seperti sebuah oxymoron, tetapi ternyata sebanyak 10.000 orang pernah tinggal di atalhöyük di Turki sekitar 8000-9000 tahun yang lalu.

Menjadikan situs ini sebagai permukiman terbesar yang pernah diketahui dari yang oleh para arkeolog sebut sebagai periode Neolitik dan Kalkolitik.

"Çatalhöyük adalah salah satu situs arkeologi paling terkenal," kata Lise Bender Jørgensen, seorang arkeolog dan profesor emerita dari Departemen Studi Sejarah dan Klasik di Norwegian University of Science and Technology (NTNU), dilansir dari Phys, Sabtu (13/11/2021).

Bender Jørgensen adalah seorang spesialis tekstil arkeologi dan telah membantu mengkonfirmasi dari mana orang-orang di kota kuno menenun pakaian mereka.

Pakaian yang dikenakan di Zaman Baru

Lebih dari 60 tahun, para ahli telah mendiskusikan jenis pakaian seperti apa yang telah digunakan orang-orang di situs permukiman Zaman Batu ini, ketika mereka menemukan potongan kain pertama di situs tersebut pada tahun 1962.

Dapatkan informasi, inspirasi dan insight di email kamu.
Daftarkan email

Baca juga: Studi Ini Tunjukkan 2 Jenis Kain Terbaik untuk Bahan Masker Universal

Beberapa ahli di bidang ini meyakini bahwa orang-orang di permukiman Zaman Batu di Turki ini membuat pakaian mereka dari wol, sedangkan sebagian lainnya menduga bahwa kain yang digunakan untuk membuat pakaian adalah dari linen.

Perdebatan selama 60 tahun ini pun akhirnya mulai terkuak. Bender Jørgensen dan timnya akhirnya menemukan jawabannya dan telah mempresentasikan temuan mereka di sebuah jurnal arkeologi, Antiquity.

Mungkin banyak orang yang belum pernah mendengar tentang atalhöyük, tetapi kota kuno ini dianggap sebagai superstar dalam lingkaran arkeologi.

"Ketika atalhöyük digali dari akhir 1950-an dan seterusnya, itu dianggap sebagai salah satu kota tertua yang pernah ada. Meskipun penemuan baru menunjukkan bahwa ini tidak lagi benar, tempat itu masih memiliki faktor selebriti yang tinggi," kata Jørgensen.

Diperkirakan orang-orang sudah tinggal di kota kuno tersebut lebih dari 9000 tahun yang lalu, dan 18 lapisan permukiman telah diidentifikasi. Orang menyebut permukiman Zaman Batu itu sebagai rumah sampai sekitar 7950 tahun yang lalu.

Baca juga: Berasal dari 1000 SM, Kain Ungu Ini Diyakini Pernah Dipakai Raja Daud

Potongan kain digali dari Zaman Batu

Salah satu arkeolog terkemuka dunia, Profesor Ian Hodder di Stanford University, melakukan penggalian baru antara tahun 1993 dan 2017.

Mereka menemukan sejumlah besar data baru dan telah memberi kami pemahaman baru tentang situs tersebut.

Temuan arkeologi yang dilakukan oleh Hodder dan rekannya menemukan beberapa potongan kain dari Zaman Batu yang kemudian ternyata berusia antara 8500 dan 8700 tahun.

"Ketika penggalian Hodder mulai mengungkapkan tekstil, mereka mengundang saya untuk memeriksanya dengan rekan Swiss saya Antoinette Rast-Eicher," kata Bender Jørgensen.

Baca juga: Studi: Masker dari Kain Batik Tawarkan Proteksi Tinggi Cegah Corona

Rast-Eicher, yang berafiliasi dengan University of Bern, mengkhususkan diri dalam mengidentifikasi serat kain. Dia memiliki pengalaman dengan beberapa tekstil Eropa tertua yang ditemukan di danau Alpine.

Kedua peneliti tekstil arkeologi tersebut telah berkolaborasi dalam beberapa proyek dalam beberapa tahun terakhir, termasuk di bawah naungan NTNU.

"Di masa lalu, sebagian besar peneliti mengabaikan kemungkinan bahwa serat kain bisa berupa apa saja selain wol atau linen, tetapi akhir-akhir ini bahan lain mendapat perhatian lebih," kata Bender Jørgensen.

Orang-orang di Çatalhöyük telah menggunakan berbagai macam jenis bahan ini.

Bender Jørgensen mengatakan bahwa serat kulit kayu telah digunakan selama ribuan tahun untuk membuat tali, benang, dan pada gilirannya juga benang dan kain.

Baca juga: CDC: Masker Kain Terbukti Memberi Perlindungan Diri dari Virus Corona

Namun sampel serat dari keranjang ternyata terbuat dari rumput, tetapi beberapa tekstil jelas terbuat dari serat kulit pohon dari pohon ek.

Bahan-bahan serat kain ini juga merupakan kain tenun tertua yang diawetkan di dunia.

Serat kulit pohon ditemukan oleh peneliti di antara kulit kayu dan kayu di pohon-pohon seperti willow, oak atau linden.

Orang-orang dari Catalhöyük menggunakan kulit kayu ek, dan dengan demikian membuat pakaian mereka dari kulit pohon yang mereka temukan di sekitar mereka.

Masyarakat dari permukiman Zaman Batu ini juga menggunakan kayu ek sebagai bahan bangunan untuk rumah mereka, dan orang-orang tidak diragukan lagi memanen serat kulit pohon ketika pohon ditebang.

Baca juga: 5 Cara Mencuci Masker Kain dengan Benar, Tak Perlu Pakai Air Panas

Para ahli menyimpulkan bahwa tidak ada biji rami dalam jumlah besar yang ditemukan di wilayah tersebut. Orang-orang di atalhöyük tampaknya tidak membudidayakan rami.

Bender Jørgensen mencatat bahwa banyak orang sering mengabaikan serat kulit pohon sebagai bahan awal pembuatan pakaian di masa lalu.

"Linen cenderung mendominasi diskusi tentang jenis serat kain yang digunakan orang (Zaman Batu)," katanya.

Ternyata, orang-orang di situs permukiman Zaman Batu ini tidak mengimpor linen dari tempat lain, seperti yang diperkirakan banyak peneliti sebelumnya, tetapi menggunakan sumber daya yang mereka punya akses berlimpah.

Baca juga: Masker Kain Hanya untuk 4 Jam, Begini Cara Benar Melepasnya

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Adblock test (Why?)


Potongan Kain di Permukiman Zaman Batu Turki Ungkap Sejarah Pembuatan Pakaian - Kompas.com - KOMPAS.com
Read More

No comments:

Post a Comment

Mau Dapat Potongan Tarif Pajak Hiburan? Ini Caranya - Liputan6.com

Sebelumnya, Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Badung, Ray Suryawijaya, menegaskan bahwa PHRI di Bali menolak dengan teg...