Persiapan matang perampokan 6,8 kilogram emas di Medan sempat membuat polisi kewalahan. Awalnya tidak ada sidik jari, rekaman wajah, atau identitas kendaraan dari kawanan perampok bersenjata itu. Setelah lebih dari dua pekan, identitas pelaku diungkap dari ratusan rekaman CCTV yang diperiksa.
Empat perampok dikeluarkan dari dua bagasi mobil di markas Kepolisian Daerah Sumatera Utara, Medan, Rabu (15/9/2021) sore. Dua di antaranya memakai kursi roda karena cedera akibat ditembak di kaki. Nasib mereka lebih beruntung dari otak pelaku yang telah ditembak mati karena melawan petugas.
Pengungkapan kasus itu pun menjadi akhir perjalanan panjang perampokan 6,8 kilogram emas di dua toko di Pasar Simpang Limun, Medan.
”Perampokan ini dilakukan oleh pelaku yang sangat profesional. Awalnya, kami bahkan menduga sangat memungkinkan aparat dari institusi tertentu terlibat. Ternyata tidak,” kata Kepala Kepolisian Daerah Sumut Inspektur Jenderal RZ Panca Putra Simanjuntak.
Kita semua tahu perbuatan kita salah. Tetapi, biar pun begitu, kita tetap meminta kelancaran kepada Tuhan supaya kegiatan kita berjalan lancar.
Perampokan toko emas dilakukan di siang bolong saat pasar sedang ramai pada Kamis (26/8/2021) sekitar pukul 14.30. Dua toko emas pun menjadi korban, yakni Toko Aulia Chan dan Toko Masrul F. Seorang tukang parkir ditembak di bawah telinga, tetapi selamat setelah dilarikan warga ke rumah sakit.
Persiapan matang
Aksi perampokan itu sepenuhnya direncanakan Hendrik Tampubolon (38). Ia merupakan perampok kelas kakap yang melakukan aksinya antarprovinsi. Selain merampok toko emas, dia juga sering mencuri sepeda motor dan telepon seluler.
”Hendrik juga masuk daftar pencarian orang di Polda Riau,” kata Panca.
Hendrik pun menyiapkan aksinya dengan menemui Dian (25) di Jalan Menteng VII. Hendrik pernah tinggal di sana. Dian juga residivis kasus pencurian yang baru bebas dari penjara.
”Ada temanmu yang pemain 363, Dek,” kata Hendrik sebagaimana dijelaskan Dian. Istilah 363 merujuk pasal pencurian KUHP.
Baca juga: Polisi Tangkap Geng Begal di Cengkareng
Dian pun menghubungi tiga temannya yang dikenal waktu di penjara. Mereka adalah perampok berpengalaman yang sudah bolak-balik masuk penjara. ”Mereka bertiga sebelumnya juga pernah berpesan agar dikabarin jika ada orang yang mengajak kriminal,” kata Dian.
Orang pertama yang direkrut adalah Farel (21) yang berpengalaman dalam penggelapan telepon seluler dan perampokan sepeda motor. ”Saya ikut karena dijanjikan Hendrik Rp 100 juta,” kata Paul.
Dian lalu mengajak Paul Sitorus (32), residivis kasus judi dan pencurian. Sama seperti Farel, Paul juga tertarik dengan tawaran Rp 100 juta.
Kemudian, mereka mengajak Prayogi alias Bejo (26). Dia beberapa kali melakukan pencurian sepeda motor, tetapi belum pernah tertangkap.
Mereka pun sepakat untuk melakukan aksi empat orang, yakni Hendrik, Bejo, Farel, dan Paul. Sementara tugas Dian sudah selesai setelah mempertemukan Hendrik dengan tiga pelaku lapangan.
Hendrik pun memulai dengan memberitahukan rencananya untuk merampok toko emas besar di Pasar Simpang Limun. Ia juga menunjukkan tiga senjata api, yakni laras panjang Wichester M1 Carbine, pistol rakitan, dan revolver rakitan.
Tiga pelaku, yakni Bejo, Farel, dan Paul, pun diminta melakukan survei lokasi di dua toko yang disasar. Mereka menyiapkan rute ke toko dan jalur melarikan diri. Mereka juga menghitung waktu tiap-tiap tahapan yang akan mereka lakukan.
”Ukuran dari lemari tempat perhiasan emas juga sudah mereka perkirakan lalu belajar melompati lemari setinggi itu,” kata Panca.
Baca juga: Otak Perampokan Emas Ditembak Mati
Setelah persiapan matang, mereka membeli topi, penutup wajah, jaket, dan plester luka. Anggota Hendrik bertanya tentang kegunaan plester, lalu dijelaskan agar tidak meninggalkan sidik jari.
Sebelum berangkat dari titik kumpul di sebuah rumah di Jalan Menteng VII, Hendrik mengajak mereka berdoa.
”Kita semua tahu perbuatan kita salah. Tetapi biar pun begitu, kita tetap meminta kelancaran kepada Tuhan supaya kegiatan kita berjalan lancar,” kata Hendrik kepada teman-temannya sebagaimana ditirukan Paul.
Keempat orang itu pun tiba di parkiran Pasar Simpang Limun dengan dua sepeda motor. Meskipun menggunakan topi dan penutup wajah, orang-orang tidak curiga karena dianggap memakai masker akibat pandemi. Mereka pun berjalan bersama hingga tiba di kedua toko sasaran.
Saat hendak melakukan aksi, mereka sempat membatalkan karena melihat ada seseorang berperawakan seperti polisi. Mereka berjalan melewati toko itu, tetapi kemudian kembali lagi ke toko itu.
Hendrik pun langsung menodong orang yang dikira polisi dan memintanya tiarap. Farel juga mengancam pemilik toko dan meminta diam di tempat. Farel lalu melompati lemari emas di Toko Aulia Chan. Sementara Bejo melompat ke Toko Masrul F. Mereka langsung memecahkan kaca lemari dan mengambil emas-emas yang ada di sana.
Kawanan perampok itu lalu berjalan menuju parkiran sambil melepaskan tembakan agar tidak ada warga yang mendekat. Seorang tukang parkir yang mencoba mendekat pun ditembak di bawah telinga.
Pengungkapan kasus
Polisi pun awalnya kesulitan mengungkap kasus itu. Modal awal hanya rekaman CCTV dari beberapa toko di Pasar Simpang Limun. Terlihat empat orang kawanan perampok mengenakan topi, penutup wajah, jaket, dengan dua sepeda motor. Dua toko yang dirampok pun tidak punya CCTV.
Direktur Kriminal Umum Polda Sumut Komisaris Besar Tatan Dirsan Atmaja mengatakan, kawanan perampok itu hampir tidak meninggalkan jejak. Kasus itu pun diungkap setelah memeriksa dan menggabungkan ratusan rekaman CCTV baik sebelum maupun setelah aksi perampokan dilakukan.
”Ada beberapa rekaman penting yang terpotong karena badannya tertutup, tetapi akhirnya bisa teramati meskipun hanya kaki yang tampak,” kata Tatan.
Perjalanan pelaku pun akhirnya bisa ditelusuri hingga tiba di sebuah tempat pemancingan di Batang Kuis, Deli Serdang. Di sana, mereka mengumpulkan semua emas kepada Hendrik. Tiga pelaku pun diberikan Rp 4 juta per orang. Uang Rp 100 juta dijanjikan diberikan setelah emas dijual. Mereka pun keluar setelah mengganti semua pakaian.
”Kalian langsung pulang, ya, kalian berbelok ke kanan aku ke kiri,” kata Hendrik kepada tiga anggotanya.
Tiga pelaku yang berboncengan di satu sepeda motor pun akhirnya tertangkap kamera CCTV ketika mereka tidak lagi memakai penutup wajah. Identitasnya pun terungkap.
Hendrik pun ditangkap di rumah pamannya di Kabupaten Dairi. Semua emas yang dikubur di belakang rumah pamannya ditemukan. Pelaku lainnya ditangkap di Medan dan Riau.
Kisah kawanan perampok itu pun berakhir. Saat rekonstruksi, Hendrik melawan petugas sehingga ditembak mati. Dua pelaku lain, yakni Farel dan Paul, pun dilumpuhkan dengan tembakan di kaki.
Masrul (50), pemilik toko emas, sangat berterima kasih kasus itu bisa diungkap. Nilai emas yang dirampok dari dua toko itu diperkirakan Rp 6,5 miliar. Awalnya, dia pesimistis karena banyak kasus perampokan emas yang belum terungkap di Medan. Kisah panjang perampokan kelas kakap itu terungkap dari potongan-potongan dari ratusan rekaman CCTV....
Bak ”Puzzle”, Potongan-potongan Rekaman CCTV Ungkap Kasus Perampokan 6,8 Kg Emas - kompas.id
Read More
No comments:
Post a Comment